
Biografi B.J. Habibie Dalam Bahasa Inggris dan Artinya – B.J. Habibie tidak hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai Presiden Indonesia yang ketiga, tapi juga dikenal sebagai seorang Insinyur yang ahli dalam bidang pembuatan pesawat terbang. Beliau juga dikenal karena kisah cintanya yang begitu romantis dengan sang Istri, Ainun. Untuk mengenal lebih dalam tentang B.J. Habibie, berikut ini adalah biografi Habibie dalam bahasa Inggris beserta artinya.
Biografi B.J. Habibie Dalam Bahasa Inggris:
Bacharudin Jusuf Habibie or well known as B.J. Habibie was the third President of Indonesia. He was born in Parepare South Sulawesi on June 25th, 1936. His father name is Alwi Abdul Jalil Habibie and his mother is R.A. Tuti Marini Puspowardoyo. His father was an agriculturist from Gorontalo and his mother was a Javanese noblewoman from Yogyakarta. Habibie has a brother named Jusuf Effendi Habibie who was an Indonesian ambassador to the United Kingdom and Netherlands.
Habibie married to Hasri Ainun Besari a medical doctor, from May 1962 until her death in May 2010. Habibie and Ainun had two sons, they are Ilham Akbar Habibie and Thareq Kemal Habibie. Habibie published a book titled Habibie & Ainun after his wife died. The book has been adapted into a movie with the same title which was released on December 20th, 2012.
B.J. Habibie also known as an engineer. Habibie went to Bandung Institute of Technology (ITB) but he didn’t finish his study in ITB because at the same time he got a scholarchip to study in Germany. Then, he took aerospace engineering at Rhein Westfalen Aachen Technische Hochscule (RWTH), an institute technology in Germany. In 1960, he graduated with great score (9.5). Then, he applied at Firma Tablot, a train industry company.
Habibie continue his doctoral degree at Technische Hochscule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean. In 1965, he finished his doctoral degree and received the grade of “very good” for his dissertation. Habibie accepted a work at Messerschmitt-Bolkow-Blohm in Hamburg. He worked for Messerschmitt on the development of the Airbus A-300 aircraft.
In 1974, Suharto recruited Habibie to return to Indonesia. Habibie initially served as a special assistant of Ibnu Sutowo, the CEO of Pertamina. In 1976, Habibie was made to be the Chief Executive Officer of the new state-owned enterprise Industri Pesawat Terbang Indonesia (IPTN). In 1985, the name was changed to Inconesian Aviation Industry or now known as Indonesian Aerospace (Dirgantara).
In 1978, Habibie was appointed as Minister of Research and Technology. He continued to play an important role in IPTN. Under his leadership, IPTN become a manufacturer of aircraft including Puma helicopters and CASA plane. In 1995, Habibie flew an N-250 (Gatotkaca). However, the project was not success.
In Suharto regime, Habibie became a member of Golkar organization. On March 1998, Habibie was elected as the Vice President of Indonesia. At that time, there were a crisis which made a lot of people hold a huge demonstration to ask Suharto to step down from his position as the President of Indonesia. Then, Habibie was pointed as the third President of Indonesia.
Eventhough Habibie can save Indonesia from crisis, he began to lose support from his party Golkar. At the MPR General Session on October 1999, Habibie delivered a speech which was a report of what he had achieved during his presidency. Then, the member of MPR began voting to decide if they would accept or reject his speech. However, he was lose the voting by 355 votes to 322.
Arti dalam Bahasa Indonesia:
Bacharudin Jusuf Habibie atau lebih dikenal sebagai B.J. Habibie adalah Presiden ketiga Indonesia. Beliau lahir di Parepare Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936. Ayahnya bernama Alwi Abdul Jalil Habibie dan Ibunya bernama R.A. Tuti Marini Puspowardoyo. Ayahnya adalah seorang ahli ilmu tanah dari Gorontalo dan Ibunya adalah wanita Jawa keturunan ningrat dari Yogyakarta. Habibie memiliki seorang kakak bernama Jusuf Effendi Habibie yang pernah menjabat sebagai duta besar Indonesia di Inggris dan Belanda.
Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari seorang dokter medis, dari Mei 1962 sampai meninggalnya sang istri pada Mei 2010. Habibie dan Ainun dikaruniai dua orang anak laki-laki, mereka adalah Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie. Habibie menerbitkan sebuah buku berjudul Habibie & Ainun setelah istrinya meninggal. Buku tersebut telah diadaptasi ke dalam sebuah film dengan judul yang sama yang telah dirilis pada tanggal 20 Desember 2012.
B.J. Habibie juga dikenal sebagai seorang insinyur. Habibie mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) tapi beliau tidak menyelesaikan pendidikannya di ITB karena di saat yang bersamaan beliau mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di Jerman. Kemudian, beliau mengambil jurusan teknik kedirgantaraan di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochscule (RWTH), sebuah institut teknologi di Jerman. Pada tahun 1960, beliau lulus dengan nilai yang sangat baik (9.5). Kemudian, beliau melamar pekerjaan di Firm Tablot, sebuah perusahaan industri kereta api.
Habibie melanjutkan gelar doktornya di Technische Hochscule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean. Pada tahun 1965, beliau menyelesaikan gelar doktor beliau dan menerima predikat “sangat baik” untuk disertasi beliau. Habibie menerima pekerjaan di Messerschmitt-Bolkow-Blohmdi Hamburg. Beliau bekerja untuk Messerschmittpada pengembangan dari pesawat terbang Airbus A-300.
Pada tahun 1974, Suharto merekrut Habibie agar beliau pulang ke Indonesia. Habibie bekerja sebagai asisten khusus dari Ibnu Sutowo, CEO dari Pertamina. Pada tahun 1976, Habibi menjabat sebagai Pejabat Tinggi Eksekutif dari perusahaan baru negara yaitu Industri Pesawat Terbang Indonesia (IPTN). Pada tahun 1985, nama perusahaan berganti menjadi Industri Penerbangan Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Indonesia Dirgantara.
Pada tahun 1978, Habibi ditunjuk sebagai Menteri Riset dan Teknologi. Beliau memiliki peran yang penting di IPTN. Di bawah kepemimpinannya, IPTN menjadi pabrikan dari pesawat terbang termasuk helikopter Puma dan pesawat CASA. Pada tahun 1995, Habibie berhasil menerbangkan pesawat N-250 (Gatotkaca). Akan tetapi, proyek tersebut tidak sukses.
Pada rezim kepemimpinan Suharto, Habibie menjadi anggota dari partai Golkar. Pada bulan Maret 1998 Habibie dipilih sebagai Wakil Presiden Indonesia. Pada saat itu, ada krisis yang membuat banyak orang melakukan demonstrasi besar-besaran untuk meminta Suharto turun dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia. Kemudian, Habibie yang ditunjuk sebagai Presiden Indonesia yang ketiga.
Walaupun Habibie dapat menyelematkan Indonesia dari krisis, namun beliau mulai kehilangan dukungan dari partainya Golkar. Pada Sesi Umum MPR bulan Oktober 1999, Habibe menyampaikan pidatonya yang berisi laporan tentang apa yang telah beliau raih selama masa kepresidenannya. Kemudian, para anggota MPR mulai memberikan suara untuk memutuskan apakah mereka akan menerima atau menolak pidatonya. Namun, beliau kalah dalam voting dengan hasil 355 melawan 322.